Saturday, November 19, 2011

Zaujah Teladan

baru-baru ni aku ada pergi daurah BM

time tu ada arr dia ceritakan yang laki ni kenalah belajar 'suka' apa yang perempuan suka

perempuan suka kaler, jadi laki kenalah buat2 faham betapa cantiknya kaler ni

perempuan suka bunga, jadi si suami pun kenalah buat2 faham dan suka bunga gak





itu di bahagian laki arr, sebab yang menyampaikannya time tu seorang ustaz (maka jantinanya adalah lelaki)

tapi pastu....

tetiba aku teringat kat beberapa pasangan....

of course, pasangan-pasangan di dalam keluarga aku sendiri..





aku ada seorang akak yang dah kawin

dia dulu SMAP.... Kajang (kot)

(yup, kalo x silap :|)





seingat memori aku....

mmglah dia xdelah pernah minat sukan sangat pun

cam bola ke, tenis ke, rugby ke





tapi ditakdirkan dia kawin dgn abg ipar aku

yg tersangat2lah minat sukan

sebut jelah sukan apa kan, hampir semua kot dia minat






jadi aku perasan...

sejak diorg kawin....

akak aku pun 'mula minat' sukan






sangat banyak sembang pasal bola ke, tenis ke, rugby ke dgn abg ipar aku

sedangkan aku agak yakin sebelum ni utk sukan2 cam tenis dan rugby tuh konfim dia x penah2 pun tgk

pastu cam sengaja (x taulah kalau betul kan) menyokong Federer instead of Nadal (yg abg ipar aku sokong) supaya cam 'memanaskan suasana'

malahan

pernah sekali tu

ketika dia kat kerja

dia siap mintak aku record/update pasal match2 tertentu

(terkesima sket bila itulah permintaan dia)

semua demi suami dia yg tercinta

Test aku

When I was in high school, I was just like any other SBP students who think of becoming either a doctor or an engineer. However at one point I felt like it was so cliché to only have those jobs as a career. My true vision appeared after I finished my high school. I was introduced to the world of business, finance, banking and economics. I was encouraged by a few individuals to take on actuarial science. Later on as I further my study, I found myself in love with the economics field.


I wish to develop my knowledge and experiences so that one day I can have enough knowledge to improve Malaysia’s economy. I believe with the right people and the right way, we can turn Malaysia into a country far better than the present in every field. And I want to be in charge for the economics field.

Sambungan Intro

Misi

Menjadi sebuah website yang akan menjadi rujukan utama pemuda Islam di Malaysia lantas mengarus perdanakan pemikiran pemuda Islam ke arah fikrah Islam yang syamil, kamil dan mutakamil serta fikrah dakwah, tarbiyah dan amal kebajikan.

5 Kunci Kejayaan (SMMAT):

- Sumbangan dan sokongan daripada ikhwah akhawat sedunia, dari segi menyumbang artikel ataupun membantu promosi dan penyebaran, terutamanya di peringkat awal

- Mempunyai sebuah layout yang simple, menarik dan ringan untuk dibaca dan diuruskan. Dengan kata lainnya, user-friendly dan management-friendly

- Mempunyai layout dan widget yang memudahkan orang ramai untuk turut menyebarkan artikel/website berkenaan

- Artikel dibuka ruang kepada semua orang untuk menyumbang tetapi akan ditapis berdasarkan fikrah dan kualiti oleh management website.

- Tidak meletakkan logo atau nama Jemaah

Introduction

Introduction

Since the beginning of the minimum wage’s history, the effectiveness of the minimum wage has always been a never ending debate. The initial purpose of minimum wage to help the poor worker from being oppressed with a very low wage is being argued by the potential of the poor worker will not be able to receive any job at all due to the minimum wage policy.

This debate on whether minimum wage will have a significant effect on unemployment has been the main study on the effect of minimum wage since it is first implemented. Malaysia, a developing country in the south-east Asia region is currently on its way to implement minimum wage regulation through the Economic Transformation Programme (ETP), a programme which was launched on 21st September 2001, with an aim to transform Malaysia to become a high-income country by 2020.
In order to achieve this, Malaysia, which has a per capita income of USD 6,700 on the day the programme was proposed will have to achieve the Worlds Bank’s minimum criteria for a high-income country, a per capita income of USD 15,000 – more than double of the Malaysia’s initial per capita income.